Raising a teenager part 1

Kenali Moodnya, Pilih Momentnya



    

            Anak ini menginjak usia remaja tahun ini. He is officially THIRTEEN!!. Dan jujur aku tuh rada gak siap menjadi ibu dari anak remaja. Sering banget kan denger betapa horornya punya anak remaja. Makanya agak deg-deg an juga ketika anak ini berulang tahun. Bayangan-bayangan mengerikan terlintas dipikiran. But, Hey,  I have raised him for twelve years with no problem. So it cannot be that bad, RIGHT?


    It is the eye-rolling that I cannot stand

           Ini nih, yang selalu berhasil membuat suami emosi. Tiap hari ada aja konflik antara daddy dan Cal. Hanya karena persoalan sepele seperti tidak menaruh baju kotor ditempatnya, atau Cal  lupa membersihkan toilet setelah menggunakannya. Aku cuma bisa nyengir saja. 

            Bukan apa-apa, memang aku memilih untuk tidak ikut campur dalam persitegangan mereka. Karena kalau aku bela Cal, daddy akan makin emosi. Dan sebaliknya, kalau aku bela daddy maka mood Cal akan jelek untuk beberapa hari kedepan.  Jadi untuk menjaga perdamaian rumah, memang aku harus netral. Biarkan mereka menyelesaikan konflik mereka sendiri. Toh masalahnya hanya hal sepele saja. 

            Semenjak Cal beranjak remaja, konfliknya lebih banyak sama daddy dibandingkan sama aku. Entah kenapa kalo sama daddy, Cal itu selalu ngebangkang. Omongan daddy apapun pasti dia sanggah. Kalau aku belum teriak, Cal tidak akan berhenti menjawab setiap perkataan daddy nya. Cal tidak pernah sekalipun melakukan hal itu denganku. Kenapa?

        

    Because you are scarier than Daddy!

            Itu jawaban singkat Cal ketika aku tanya kenapa dia tidak pernah menyanggah semua ucapanku. Memang sih, aku memang lebih galak daripada suamiku. Tapi itu bukan alasan kenapa aku sama Cal jarang ada konflik. Sebelum Cal menginjak remaja, aku sudah sibuk tanya sana-sini ke teman-teman tentang membesarkan anak remaja. Dan rata-rata mereka selalu bilang, "Kenali mood nya, Pilih Momentnya" 
        
            Namanya juga remaja, hormon mereka masih sangat labil. Ada perasaan aneh dalam dirinya yang mungkin, Cal sendiri bingung untuk mengartikannya. Coba deh ingat-ingat lagi dulu kita sewaktu usia segitu gimana emosi kita? Sensi habis kan?? Nah sama dong ya sama anak remaja kita ini. 

            Makanya kalau ada hal yang harus aku sampaikan ke Cal, aku pantau dia dulu. Lihat raut wajahnya. Sebagai orang tua, kita lah yang paling mengenal anak kita. Kalau muka nya lagi ruwet, mending catet dulu aja hal yang mau disampaikan. Nanti pas raut wajahnya udah seger, perutnya sudah kenyang baru deh mulai ajak ngobrol. 


            Quotes diatas yang membuatku tersadar kalau hal sepele buat kita, itu bisa jadi hal besar buat mereka. Cara pandang kita tentang sesuatu hal itu bisa jadi berbeda jika dilihat dari kaca mata seorang remaja. Makanya aku lebih fokus untuk mengingatkan daddy dibandingkan mengingatkan Cal. Tak hentinya aku ingatkan bagaimana dia dulu ketika seusia Cal. Tidak mudah menjadi seorang remaja karena banyak hal yang bergemuruh dihatinya tanpa tahu bagaimana menghadapinya. 

            Makanya, sebagai orang tua dengan anak remaja. Bagiku, menjaga perdamaian didalam rumah itu sangat penting. Usahakan untuk menghindari konflik, dan jika ada sesuatu yang harus disampaikan. Tunggu dan Perhatikan. Is the time right? Is he/she in the right frame of mind?  

Do you remember when you were young and you wanted to set the world on fire?

Love,

CJ Family 

            

Comments

  1. betoel!
    ya ada baiknya sih dia menyanggah (lha kok baik?) XD daripada diem aja. diem itu rawan menyimpan apa yang dia rasakan yang nantinya bisa meledak sewaktu2. dengan langsung menyanggah, at least kita tahu apa yang dia rasakan. walo sebel juga sih hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget Tut. Walau sebel tapi harus bersyukur karena setidaknya kita tahu apa yang dia pikirkan. Siap-siap euy nanti anak lo remaja. Denger-denger anak cewek pas remaja lebih sensitif dibandingkan cowok-cowok. hahaha

      Delete
  2. Pagii Mbak Fey ...
    Ide yang diangkat dari pengalaman sendiri, biasanya akan menjadikan tulisan itu lebih hidup dan berjiwa. Mbak berhasil untuk itu. Teruskan ya?

    Hanya sedikit yang perlu diperhatikan adalah mengulang kembali pelajaran tata bahasanya, agar tulisan kita semakin berbobot dan indah.
    Pelajari tentang penggunaan huruf kapital. Di mana harus digunakan dan kapan harus diterapkan. Saya yakin, hanya dengan sedikit membaca materi tentang itu, akan dengan memudah mengingat kembali prinsip-prinsipnya.

    Ok, Mbak, terus menulis ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah Thank you so much kak Ira. Jadi semangat untuk nulis terus. Cuss langsung ke matri sebelum mengerjakan PR ke 2 hihi.

      Delete
  3. haha .. sama banget sama teenagerku..sering tawuran sama daddynya..:-) bagusnya dia banyak ceritanya sama aku untuk menetralisir :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu enak mba. Anakku gak suka cerita. Dia mah kalo menurut dia aku gak perlu tahu, ya diem aja. kalo pas konflik ma daddy nya, yah dia paling komen dikit doang wkwkwkw. udah gitu aja hahahah

      Delete

Post a Comment

Popular Posts